Ingin Reuni di Surga

Ingin Reuni di Surga

Nauval tampak duduk di sofa empuk berwarna hitam di ruang tamu. Tangan kanannya memegang mushaf Al-Qur’an. Lisannya tak henti bergerak menghafal ayat demi ayat. Tak hanya siswa yang bernama lengkap Nauval Azzura Rahimy ini yang sedang serius menghafal Al-Qur’an. Di selasar ruang yang lain juga terlihat pemandangan serupa.

Khalila, Nazran, dan Kayyisah juga ikut serius menghafal Al-Qur’an. Mereka mencari posisi favorit. Ada yang duduk lesehan di atas karpet tebal dan halus. Ada yang duduk di kursi, dan juga duduk di sofa. Suara tilawah Al-Qur’an mengisi sudut-sudut rumah yang terletak di Perumahan Sepinggan Pratama, Balikpapan.

Pemandangan seperti ini terlihat setiap selesai shalat zuhur. Tanpa dikomando, mereka langsung mencari tempat masing-masing. Ada yang murajaah, ada juga yang menghafal ayat baru. Lidya Puspa Sari telah membuat peraturan. Waktu antara zuhur hingga ashar seluruh anak menghafal Al-Qur’an. Tidak ada yang bermain atau pun tidur.

“Itu sudah menjadi peraturan, dan kesepakatan bersama,” tutur istri dari Aswar Yusdar ini melalui pesan WhatsApp medio Februari lalu.

Bunda Lidya begitu memerhatikan hafalan putra-putrinya. Baginya, Al-Qur’an lebih penting dari yang lain. Sebelum menguasai pelajaran yang lain, bacaan dan hafalan Al-Qur’an putra-putrinya harus bagus lebih dulu. Dia juga tak segan-segan memberikan hadiah bagi anak yang mencapai target hafalan.

“Saya sediakan hadiah khusus bagi anak yang bisa mencapai target hafalan. Alhamdulillah, anak-anak jadi lebih bersemangat,” jelasnya. 

Menurut alumni UAD Yogyakarta ini, Al-Qur’an konsep tarbiyah terbaik. Sesibuk apapun, Al-Qur’an tetap nomor satu. Meski harus berbagi tugas dengan suami. Suaminya yang bekerja di perusahaan tambang batu gamping milik Conch ini acapkali tidak ada di rumah. Sebagai gantinya, dia yang bertugas mendidik anak. Jika demikian, dia tidak saja menjadi Ibu, tapi juga guru.

Keluarga baginya segalanya. Harta yang paling indah. Dia tidak ingin kebersamaan yang penuh kebahagiaan itu hanya terajut sebentar di dunia. Tapi berlangsung hingga di akhirat kelak: bersama-sama di surga. Kekal. Selamanya.

“Cita-cita saya dan suami kelak di akhirat bisa reuni di surga bersama keluarga lagi,” harapnya.

Cita-cita itu disampaikan kepada putra-putrinya. Sejak dini, mereka sudah tahu tujuan tarbiyah orangtua. Semua yang dilakukan untuk meraih cita-cita itu. Termasuk menghafal Al-Qur’an. Dia pun selalu menanamkan kepada anak-anaknya bahwa dengan menjadi hafidz dan hafidzah, kelak di akhirat mereka akan memakaikan mahkota bertabur cahaya indah di atas kepala orangtua di surga.

Bunda Lidya punya cara unik untuk menasihati anak yang sedang malas. Seperti saat ada anaknya yang tidak mau shalat atau malas menghafal Al-Qur’an, dia akan berseloroh, “Ya sudah, kalau Nazran nggak mau shalat. Ibu nggak mau ngajak ke surga, deh. Ibu tinggal, yah. Bye!”

Makjleb. Nasihat itu manjur.  

“Kalau misal Nazran sedang malas lalu saya bilang seperti itu, dia akan bangkit dan shalat. Manjur juga. Hehe,” tuturnya.

Dia pernah merasa terharu, dan bangga kepada putra-putrinya. Apa yang dilakukan selama ini pelan-pelan mulai terasa. Mereka mulai tumbuh, dan akrab dengan Al-Qur’an. Cerita itu terjadi saat acara Students Day setahun lalu di gedung Kesenian Balikpapan. Di gedung megah itu, ketiga nama anaknya dipanggil maju ke depan panggung: Shiva Fadillah Ramadhani, Nauval Azzura Rahimy, dan Khalila Nur Elfariza.

Mereka dipanggil untuk mengikuti kegiatan Musabaqah Hifzil Qur’an, dan Wisuda Al-Qur’an. Dua acara ini termasuk spesial. Sebab, tidak semua siswa bisa mengikutinya. Hanya siswa-siswi yang memiliki cukup hafalan dan mutqin.

Di acara itu, hafalan mereka akan dites. Tamu undangan meminta mereka untuk membacakan ayat secara acak. Puncaknya, ketika putri pertamanya, Shiva Fadillah Ramadhani dipanggil untuk maju kedepan sebagai wisudawan terbaik.  

“MasyaAllah, ini momen terindah bagi saya,” ujarnya mengenang.

Shiva lulus SMP AISBa 2020 lalu. Sekarang melanjutkan ke pesantren Firqon An-Najiyah, Malang, Jawa Timur. Hafalannya sudah 14 juz. Dia berharap, putri sulungnya itu dapat menyelesaikan hafalannya 30 juz selama mondok.

Tak mudah mendidik anak. Apalagi dengan enam anak yang masih kecil: Shiva Fadillah Ramadhani, Nauval Azzura Rahimy, Khalila Nur Elfariza, M. Nazran El-Shaarawy, Siti Kayyisah Alfathih, dan terakhir Siti Khalisah Humaira. Ketiga anaknya—Nauval, Khalila, dan Nazran—bersekolah di SD-SMP AISBa.

Sama seperti orangtua lainnya, Bunda Lidya juga pernah merasakan lelah, dan bosan dalam mendidik anak. Namun, dia mengaku pun punya cara tersendiri untuk mengobatinya. Apa solusinya? Baca buku. Buku favoritnya, “Ibunda Para Ulama” yang ditulis oleh Sufyan bin Fuad Baswedan, MA.

“Kalau lagi futur atau lagi nggak bersemangat, biasanya saya membaca buku itu. Very motivated!” terangnya.

Motivasi yang menarik itu terdapat dalam kaver depannya. Bunyinya, “Jangan hanya bercerita tentang kecerdasan Imam Syafi’i, kealiman Sufyan Ats-Tsauri, kezuhudan Hasan Al-Bashri, dan kesabaran Anas bin Malik. Tapi bacalah bagaimana ibunda mereka!”

Nah, siapa tahu para pembaca ingin mengikuti jejaknya. Silakan dicoba! *Syaiful Anshor.

Leave a Reply